Pendidikan, Lapangan Kerja dan Pengangguran – Sedari kecil kita sering mendengar bahwa pendidikan adalah modal utama seseorang untuk meraih impiannya. Bahkan pemerintah mencanangkan program belajar wajib 12 tahun. Artinya proses belajar wajib yang diperoleh siswa harus sampai jenjang Sekolah Menengah Atas atau Sederajat.
Intinya bahwa pendidikan adalah syarat mutlak untuk memenuhi kebutuhan hidup selanjutnya.
Pendidikan, selayaknya doktrin orangtua yang telah ditanamkan kepada anaknya adalah semakin tinggi jenjang pendidikan yang diperoleh, semakin tinggi pula jabatan dalam sebuah pekerjaan yang akan kita dapatkan nanti. Padahal, lagi-lagi pekerjaan bukan diukur dari tingginya sebuah jenjang pendidikan. Untuk pekerjaan tertentu, iya.
Orangtua menyekolahkan anaknya sampai jenjang Sarjana adalah hal yang sudah lumrah dilakukan oleh kebanyakan orantua zaman sekarang dengan harapan anaknya akan memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orangtuanya saat ini dan bisa menjadi orang berpenghasilan tinggi.
Padahal jika dilihat kenyataan sekarang ini, hanya orang-orang yang pandai berkompetisilah yang dapat menjadi orang sukses dan berpenghasilan tinggi.
Seorang yang memiliki gelar sarjana pun ketika tidak memiliki skill apa pun, dia akan susah untuk memperoleh pekerjaan, semudah apapun pekerjaannya.
Jika dilihat, banyak sekali lulusan sarjana yang sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan. Padahal jika ditelusuri, mereka adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya. Tapi, masih banyak yang menjadi pengangguran.
Lapangan Kerja dan Pengangguran
Kenapa hal ini bisa terjadi ? Hal ini terjadi karena lapangan pekerjaan terbatas untuk menghidupi banyak orang.
Seperti teori ekonomi, sumber daya alam yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Perumpamaan ini sama. Pekerjaan merupakan sumber daya alam yang jumlahnya cukup terbatas, sedangkan para pencari kerja jumlahnya hampir 5x lipat dari jumlah sumber daya yang ada. Tentu hal ini akan membuat kewalahan.
Apa solusinya ? Selain para masyarakat memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing, alangkah lebih baiknya juga memiliki kompetensi dalam bidang yang lain. Untuk menghindari keputusan terpahit, tidak dapat bekerja sesuai dengan yang kita inginkan karena keterbatasan sumber daya.
Apalagi, zaman sekarang ini dimana kemampuan praktik anak lulusan SMK lebih bagus daripada lulusan sarjana, maka akan pekerja yang akan diserap oleh sebuah pabrik tentu saja anak lulusan SMK, karena meskipun hanya lulusan SMK, secara praktek lebih paham dan lincah, gaji yang diberikan kepada mereka juga tidak terlalu besar seperti membayar lulusan sarjana. Perusahaan untung sekali dalam hal ini.
Untuk menyikapi pekerjaan yang susah dicari oleh sebagian orang dengan wawasan tertentu, ubahlah mindset bahwa belajar hal baru akan menguntungkan diri kita sendiri.
Tentunya, lebih bisa berekspansi ke banyak bidang perusahaan.
Leave a Reply